Selasa, 07 Maret 2017

Menulis Berarti Bereksistensi


Perbedaan adalah suatu Keniscayaan yang terjadi di dunia, Fenomena seperti ini pun telah di singgung dalam al quran. di katakan bahwa Allah telah ciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Dan seyogyanya
perbedaan tadi adalah sebuah rahmat bagi ummat manusia, bukannya sebuah kemudharatan..

Andaikan saja seluruh manusia adalah orang yang terdidik, lalu bagaimana cara mereka untuk berbagi pengetahuan mereka,.Dan bagaimana pula bila seluruh manusia adalah orang yang kaya, tentu saja tidak akan ada orang yang akan saling berbagi satu sama lain. Tentu saja mudah bagi Tuhan untuk membuat keseragaman dalam kehidupan makhluknya,seperti yang di singgung di atas, akan tetapi Tuhan tak berkehendak. 

Sebagai seorang mahasiwa (ehh....mahasiswa maksudnya) tentunya kewajiban  kita adalah belajar, dan itu berlaku bagi keseluruhan orang yang mengakui dirinya sebagai mahasiswa. Akan tetapi apakah itu cukup bagi seorang pencari ilmu? tentunya tidak. seyogyanya seorang pencari ilmu perlu untuk  membagikan ilmunya yang sedikit ,agar adanya kemanfaatan bagi masyarakat  maka dari itu ane menulis. berbagi itu baik, dan tidak akan ada kerugian dalam diri-diri yang sadar. selain itu pula menulis adalah bereksistensi. Mungkin kita ada untuk sekarang, akan tetapi bagaimana bila tuk hari esok, apakah akan ada orang yang mengingat kita.  “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”begitulah kata Pramodya Ananta Toer. monggo menulis,



Iqbal Haraka Mahendra